Dalam memasarakan suatu produk, perusahaan menggunakan iklan sebagai media untuk menyampaiakan pesan kepada masyarakat terhadap produk yang ditawarkan tersebut. Sehingga bisa dikatakan, Iklan merupakan media yang cukup efektif untuk menarik minat konsumen terhadap brand. Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan perusahaan dan organisasi non profit, iklan merupakan sebuah investasi yang dianggap sangat menguntungkan. (Shimp, 2000)
Sedangkan fungsi-fungsi Iklan antara lain :
1.Menginformasikan
Iklan membuat konsumen sadar akan adanya produk baru, memberikan informasi mengenai merk tertentu, dan menginformasikan karakteristik serta keunggulan suatu produk. Pada tahap awal dari kategori produk, iklan sangat diperlukan untuk membangun permintan primer (kotler). Iklan merupakan bentuk komunikasi yang efisien karena mampu meraih khalayak luas dengan biaya yang relativ rendah.
2.Membujuk
Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun permintaan selektif untuk produk tertentu (Kotler, 2000:578). Bebrapa iklan menggunakan comparative advertising yang memberikan perbandingan atribut dari dua atau lebih merk/produk secara eksplisit.
Iklan yang efektif akan membujuk konsumen utnuk mencoba menggunakan/mengkonsumsi suatu produk. Kadang-kadang iklan dapat mempengaruhi permintaan primer yang membentuk permintaan untuk seluruh kategori produk. Seringkali iklan ditujukan untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan untuk merk perusahaan tertentu.
3.Mengingatkan
Iklan dapat membuat konsumen tetap ingat pada merk/produk perusahaan. Ketika timbul kebutuhan yang berkaitan dengan produk tertentu, konsumen akan mengingat iklan tentang produk tertentu. Maka konsumen tersebut akan menjadi kandidat pembeli. Iklan dengan tujuan mengingatkan ini sangat penting unruk produk matang (kotler, 2000:579)
4.Memberikan Nilai Tambah
Iklan memberikan nilai tambah terhadap produk dan merk tertentu dengan cara mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan memberikan nilai tambah produk sehingga produk dipersepsikan lebih mewah, lebih bergaya, lebih bergengsi, bahkan melebihi apa yang ditawarkan oleh produk lain, dan secara keseluruhan memberikan kualitas yang lebih baik dari produk lainnya.
5.Mendukung Usaha Promosi Lainnya
Dapat digunakan sebagai alat pendukung usaha promosi lainnya seperti sebagai alat untuk menyalurkan sales promotion, pendukung sales representative, meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya.Iklan sangat penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, yaitu: (Shimp,2000)
Untuk membuat konsumen tertarik, iklan dikemas semenarik mungkin. Bahkan banyak kita jumpai iklan yang menonjolkan kekreatifitasan dalam pembuatannya. Namun iklan tidak diterima oleh target tertentu. Iklan dikomunikasikan kepada khalayak luas melalui media massa. Sehingga iklan harus memiliki etika, baik moral ataupun bisnis.
Ciri-ciri iklan yang baik
• Etis: berkaitan dengan kepantasan.
• Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?).
• Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.
Dalam prakteknya, masih banyak iklan yang disampaikan di media massa yang tidak menjunjung tingi nilai etika tersebut. Namun tidak sedikit pula iklan yang mampu memberikan pesan inpirasi dengan hal-hal positif. Berikut ini adalah contoh perbandingan iklan yang memilki karakteristik berbeda dalam beretika :
Wanita cantik dan seksi masih diyakini sebagai cara yang ampuh untuk menarik perhatian dalam iklan. Sehingga masih banyaknya iklan yang mengekploitasi tubuh perempuan sebagai day atarik sebuah iklan tanpa memperhatikan dampak yang diakibatkan dari iklan tersebut. Dalam salah satu contoh iklan yang ditayangkan diatas, terdapat unsur pornografi dengan menyuguhkan sensasi erotis yang cukup menantang. Tayangan iklan ini tentu saja tidak pantas dan tidak beretika. Dari sisi kreatis iklan yang dibuat, tentu ini merupakan bentuk kreatifitas paling rendah. Karena, Iklan seperti ini hanya mengambil gampangnya saja tanpa memikirkan efeknya. Iklan tersebut harus ditarik atau potong saat scene yang menayangkan sisi erotisme bintang iklannya, karena tidak merepresentasikan produk yang diiklankan.
Berbeda dengan iklan Oli dengan tayangan sebuah motor v.s cheetah. Iklan ini benar-benar focus terhadap produk yang ditawarkan. Pesan iklannya menyampaikan bahwa kekuatan tarikan motor yang menggunakan oli yang direkomendasikan iklan tersebut mampu mengalahkan bintatang tercepat didunia.
Ulasan dalam pembahasan ini :
Iklan pada hakekatnya adalah sebuah penawaran mengenai suatau barang / jasa tertentu kepada pihak lain. Penawaran inimenyebutkan karakteristik dan keunggulan barang/jas yang ditawarkan. Hal ini bertujuan untuk menarik minat dan kesadaran konsumen terhadap barang/jasa yang ditawarakan agar terjadi transaksi pembelian. Dari sinilah awaql munculnya permasalahan, yaitu saat pelaku usaha membuat sebuah iklan yangdisajikan tanpa memberikan seluruh informasi mengenai produk yang bersangkutan sehingga menimbulkan kesalahan dalam memberikan informasi. Untuk beberapa iklan yang disajikan justru lebih memprioritaskan sebuah iklan yang menarik tanpa memperhatikan sisi etika dalam penyajiannya.
Menurut Kasali (1995) dan Widyatama (2005), iklan komersial selalu memiliki tujuan akhir mempersuasi dan menarik khalayak untuk respek terhadap produk yang ditawarkan. Untuk mencapai tujuan akhir itu ada berbagai cara yang digunakan oleh para pembuat iklan, yaitu mulai dari mengemas performansi iklan dengan sentuhan-sentuhan eksklusivitas tertentu, menggunakan pesan lewat kemasan bahasa yang menarik, hingga penggunaan model yang dianggap mampu mencitrakan daya tarik tersendiri bagi iklan. Menurut Suryandaru (2004) figur model iklan yang dianggap lebih mampu menciptakan citra daya tarik adalah berbagai “potensi” yang dimiliki oleh kaum perempuan.
Penggunaan model perempuan dalam iklan-iklan komersial pada umumnya selalu dikaitkan dengan berbagai aura keindahan dan sensualitas yang melekat pada sang model. Wajar saja jika perempuan yang ditampilkan dalam iklan selalu harus cantik, langsing, seksi, berkulit bersih, serta memiliki daya tarik tertentu, terutama bagi kaum laki-laki (Moerdijati, 1999).
Iklan pada umumnya terdiri dari tiga elemen tanda, yaitu gambar objek atau produk yang diiklankan (object), gambar benda-benda di sekitar objek yang memberikan konteks pada objek tersebut (context), serta tulisan atau teks (text), yang memberikan keterangan tertulis. Iklan mempunyai tingkatan-tingkatan makna yang kompleks, mulai dari makna yang eksplisit, yaitu makna berdasarkan apa yang tampak (denotative), serta makna implisit yaitu makna lebih mendalam yang tersembunyi (connotative) (Budiman, 2001:28, dalam Sobur, 2004:71). Kedua makna tersebut dapat terlihat dari simbol-simbol verbal maupun nonverbal yang dipakai dalam sebuah iklan. Tanda verbal tampak dari segi kebahasaan, yaitu teks-teks yang tertulis dalam headline, body-copy, dan slogan. Sedangkan tanda nonverbal tampak dari berbagai aspek simbol fisik pendukung iklan, baik model maupun berbagai setting fisik iklan lainnya.
Kesimpulan :
Eksplotaitasi seksualitas perempuan dalam iklan komersial merupakan strategi ilusi dan manipulasi yang ditujulan pada khalayak agar tergerak membeli produk yang ditawarkan. Daya tarik symbol sensualitas perempuan merupakan “komoditi” yang kerap kali digunakan untuk kepentingan komersial. Dalam dunia ikaln komersial, sesnsualitas tersebut pada umumnya diletakkan pada wilayah non-verbal yang berfungsi mmemberikan kesan-kesan tertentu sebagai daya tarik tersendiri terhadap produk yang diiklankan.
Secara kontekstual, tampilan berbagia elemen sensualitas peremuan tersebut hanya berfunsi sebagai pemanis dan pelengkap. Eksploitasi sensualitas perempuan dalam iklan-iklan yang disajikan di media massa yang ada lebih terkesan sebagai elemen tontonan dalam rangka menarik perhatian pertama dari pada sebagai kekuatan dalam komunikasi iklan.
Daftar Pustaka
1. Kasali, R. (1995) Manajemen Periklanan. Jakarta: PT Anem Kosong Anem.
2. Widyatama, R. (2005) Pengantar Periklanan. Cetakan pertama. Jakarta: Buana Pustaka Indonesia.
3. Moerdijati, S. (1999) Visualisasi Wanita dalam Iklan di Majalah Wanita & Majalah Pria. Laporan Penelitian Studi Kajian Wanita. Surabaya: FISIP UNAIR.
4. Budiman, K. (1999) Kosa Semiotika. Cetakan Pertama. Yogyakarta: LKiS.
5. Youtube
5. Youtube